AI Tumbuh Pesat di Indonesia: Survei APJII Ungkap Tantangan Digital

Aisyah Khoirunnisa' . August 14, 2025

Foto: Inixindi

Teknologi.id - Adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia terus meningkat signifikan, namun di balik angka menjanjikan terdapat tantangan besar: kesenjangan adopsi yang tajam. Laporan terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berjudul "Survei APJII: Profil Internet Indonesia 2025" menunjukkan bahwa penggunaan AI masih terkonsentrasi pada demografi tertentu. Fenomena ini menjadi pekerjaan rumah untuk Indonesia agar pemerataan digital tercapai dan bisa bersaing di era ekonomi berbasis AI.

Baca juga: Rencana Ambisius Indonesia Jadi Pusat AI ASEAN, Disorot Media Asing

Pertumbuhan Adopsi AI di Indonesia: Angka Menjanjikan dengan Catatan

Menurut APJII, tingkat adopsi AI di Indonesia mencapai 28,5%. Angka ini menunjukkan minat masyarakat terhadap teknologi AI, seperti chatbot dan asisten virtual, semakin tinggi. Namun, data ini tidak merata di seluruh lapisan masyarakat, sehingga kesenjangan tetap menjadi masalah serius.

Kesenjangan Adopsi AI yang Menganga

Analisis survei APJII mengungkap tiga faktor utama yang memengaruhi kesenjangan adopsi AI: usia, pendapatan, dan wilayah.

Berdasarkan Usia:
Generasi Z, digital native, memiliki tingkat adopsi AI tertinggi, yakni 43,7%. Mereka memanfaatkan AI untuk belajar, hiburan, dan produktivitas. Sementara generasi lebih tua jauh di bawahnya, menunjukkan tantangan literasi digital lintas generasi.

Berdasarkan Pendapatan:
Adopsi AI sangat dipengaruhi pendapatan. Pengguna berpenghasilan di atas Rp 10 juta per bulan memiliki tingkat adopsi hingga 67%, sedangkan pengguna berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta hanya 15%. Hal ini menunjukkan akses perangkat canggih dan edukasi AI masih didominasi kelompok ekonomi atas.

Berdasarkan Wilayah:
Kesenjangan geografis juga terlihat. AI paling banyak digunakan di Jawa-Bali, sejalan dengan konsentrasi pengguna internet mencapai 60,19%. Sementara itu, wilayah Timur Indonesia masih tertinggal karena tantangan infrastruktur dan akses internet yang terbatas.

Alasan Utama Masyarakat Belum Mengadopsi AI

Survei APJII juga mengungkap alasan sebagian masyarakat belum mengadopsi AI:

  • Minim Kesadaran dan Pengetahuan (46,56%): Banyak masyarakat tidak sadar keberadaan AI atau kurang literasi digital.

  • Kurang Relevansi dan Pengetahuan Penggunaan (22,68% dan 15,5%): Sebagian merasa tidak membutuhkan AI atau tidak tahu cara menggunakannya.

Hal ini menunjukkan perlunya edukasi yang lebih baik tentang manfaat praktis AI dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Nasional untuk Mengatasi Kesenjangan

Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, menekankan bahwa kesenjangan adopsi AI adalah tantangan besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain digital global. Strategi nasional yang terpadu diperlukan untuk meningkatkan literasi digital dan akses merata ke teknologi.

Mendorong Literasi dan Infrastruktur:

  • Pembangunan infrastruktur internet di daerah terpencil harus dipercepat.

  • Program edukasi AI yang komprehensif, sesuai kebutuhan dan pemahaman masyarakat, perlu digalakkan.

  • Edukasi tidak hanya soal penggunaan AI, tetapi juga manfaatnya di berbagai bidang, mulai dari pertanian hingga UMKM.

Baca juga: Prestasi Gemilang! Pelajar Indonesia Sabet 4 Medali di Olimpiade AI Dunia 2025

Kesimpulan

Survei APJII 2025 menunjukkan pertumbuhan adopsi AI yang pesat, namun ketimpangan berdasarkan usia, pendapatan, dan wilayah masih nyata. Tantangan utama terletak pada kesadaran dan akses yang tidak merata. Strategi nasional yang kuat diperlukan untuk meningkatkan literasi digital, memperluas infrastruktur, dan memastikan seluruh masyarakat dapat menikmati manfaat AI. Dengan demikian, Indonesia dapat membangun ekosistem digital inklusif dan berdaya saing global.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ak)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar