
Teknologi.id - Saat teknologi Artificial Intelligence (AI) tengah jadi sorotan dan magnet investasi dunia, Bill Gates justru melangkah berbeda. Alih-alih ikut tren teknologi mutakhir, pendiri Microsoft ini menanam modal besar di sektor lahan pertanian. Keputusan ini mengejutkan, mengingat citranya sebagai Raja Teknologi.
Lalu, mengapa Bill Gates lebih memilih investasi di lahan pertanian daripada AI? Berikut ulasannya.
Baca juga: Tak Lagi Masuk 10 Besar Orang Terkaya, Bill Gates Kini Kerja di Startup Anak
Perjalanan Karir Bill Gates: Dari Raja Teknologi ke Filantropi dan Investasi Berkelanjutan
Bill Gates memulai karier dengan mendirikan Microsoft pada 1975, yang tumbuh jadi raksasa teknologi global. Ia berhasil mendominasi daftar orang terkaya dunia versi Forbes sebanyak 18 kali dalam 29 tahun terakhir (1995-2024). Pada Maret 2020, Gates mengundurkan diri dari jajaran direksi Microsoft dan fokus ke filantropi melalui Bill & Melinda Gates Foundation, membantu masyarakat di negara berkembang.
Selain itu, Gates semakin aktif berinvestasi di sektor berkelanjutan yang berkaitan dengan tantangan global seperti kesehatan, ketahanan pangan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Tren Investasi Lahan Pertanian di Kalangan Investor Global
Dulu, lahan pertanian jarang jadi pilihan utama investor. Namun sejak awal 2000-an, lahan pertanian mulai diminati sebagai aset lindung nilai alternatif. Dana investasi di sektor ini melonjak dari 19 dana pada 2005 menjadi 166 dana pada 2020.
Bill Gates mengikuti tren ini. Melalui Cascade Investment, dia telah mengakuisisi lahan pertanian selama lebih dari satu dekade. Pada 2014, ia memiliki sekitar 40.468 hektar di AS. Akuisisi besar dilanjutkan pada 2017 senilai 520 juta dolar AS dan pada 2018 senilai 170 juta dolar AS. Saat ini, Gates tercatat sebagai pemilik lahan pertanian pribadi terbesar di AS dengan sekitar 275.000 hektar tersebar di puluhan negara bagian.
Bukan Karena Isu Iklim, Melainkan Ilmu Benih dan Biofuel
Dalam sesi tanya jawab di Reddit, Bill Gates menegaskan investasi lahan pertaniannya bukan didorong oleh isu iklim. Fokus utama adalah pengembangan ilmu benih dan biofuel. Benih unggul dapat mencegah deforestasi dan membantu Afrika menghadapi perubahan iklim, sementara biofuel berpotensi mengurangi emisi transportasi jika harganya terjangkau.
Bill & Melinda Gates Foundation pun meluncurkan Gates Ag One, inisiatif yang membantu petani kecil di negara berkembang mendapatkan akses teknologi dan inovasi pertanian berkelanjutan.
Keunggulan Investasi Lahan Pertanian: Imbal Hasil Tinggi dan Volatilitas Rendah
Lahan pertanian menawarkan imbal hasil menarik bagi investor. Dari 1992 hingga 2020, sektor ini mencatat rata-rata imbal hasil tahunan sebesar 10,9%, lebih tinggi dari pasar saham (7,87%) dan emas (6%). Volatilitasnya pun rendah, hanya 6,84%, jauh di bawah volatilitas saham (16,9%) dan emas (14,8%).
Faktor ini membuat investasi di lahan pertanian menjadi pilihan stabil sekaligus menguntungkan.
Peluang Membangun Pusat Uji Coba Agrifoodtech Terbesar di Dunia
Bill dan Melinda Gates berpeluang membangun pusat uji coba agrifoodtech terbesar dunia. Namun, dukungan petani sangat krusial.
Pertanian modern membutuhkan pendekatan teknologi tinggi dan berkelanjutan seperti metode organik, konservasi air, dan inovasi agronomi untuk mengatasi tantangan iklim dan keterbatasan sumber daya. Transisi ke metode ini memerlukan investasi besar untuk infrastruktur dan keberlanjutan jangka panjang.
Baca juga: Meski AI Semakin Canggih, Bill Gates Prediksi 3 Profesi Ini Tetap Relevan dan Aman
Kesimpulan
Pilihan Bill Gates investasi besar di lahan pertanian mungkin bertolak belakang dengan citranya sebagai ikon teknologi, tapi ini langkah strategis jangka panjang. Lahan pertanian tidak hanya menawarkan imbal hasil kompetitif dan volatilitas rendah, tapi juga membuka peluang menyelesaikan tantangan global seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fs)
Tinggalkan Komentar