Revolusi Musik Indie: Bagaimana Six P Memanfaatkan Teknologi untuk Berkarya

Novita Nurjannah . May 26, 2025


Sumber Foto : Six P Band


Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi sahabat setia para pekerja kreatif. Tak hanya mempermudah proses penciptaan karya, teknologi juga mampu membuka jalan baru bagi para seniman untuk berkolaborasi lintas batas tanpa terhambat jarak dan waktu. Dari perangkat lunak pengolah gambar hingga platform distribusi karya, hampir semua aspek dalam proses kreatif kini bisa dilakukan secara digital. Bagi generasi muda, ini adalah peluang emas untuk lebih leluasa dalam berkarya.

Perkembangan teknologi juga memberikan ruang bagi siapa pun untuk berkarya tanpa perlu menunggu 'lampu hijau' dari industri besar. Berkat internet dan kecanggihan perangkat digital, kini semua orang bisa mempublikasikan musik, film, karya tulis, hingga animasi secara mandiri. Cukup dengan koneksi internet dan perangkat yang memadai, seseorang sudah bisa menyampaikan gagasannya ke seluruh dunia.

Tak bisa dipungkiri, media sosial dan platform berbagi konten juga memainkan peran besar dalam transformasi dunia kreatif. Seniman bisa langsung menjangkau audiensnya, menerima umpan balik secara instan, dan mengembangkan karya mereka berdasarkan interaksi yang aktif. Semua itu menjadi lebih mungkin karena dukungan teknologi yang terus berkembang.

Di balik semua kemudahan ini, tentu ada tantangan. Ketergantungan pada teknologi menuntut para kreator untuk terus belajar dan beradaptasi. Mereka perlu memahami perangkat yang digunakan, menjaga keamanan data, serta tetap konsisten menghadirkan karya yang orisinal. Meski begitu, teknologi tetap menjadi alat yang sangat berharga jika digunakan dengan bijak.

Salah satu contoh menarik tentang pemanfaatan teknologi untuk berkarya datang dari sebuah band indie Indonesia bernama Six P. Band ini baru saja memulai debutnya di Takasaki Jepang pada awal 2025 dan langsung mencuri perhatian karena pendekatannya yang modern dan efisien dalam proses produksi. Mereka memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi demi mendukung proses kreatif mereka.

Sumber foto : Six P Band (Ilustrasi AI)

“Karena pembuatan gambar storyboard secara manual dinilai memakan waktu dan kadang imajinasi si penulis sulit tersampaikan,” ujar perwakilan Six P, Aji Susanto saat membahas alasan mereka menggunakan AI dalam pembuatan visual. Dengan teknologi kecerdasan buatan, band ini mampu membuat storyboard yang lebih jelas, fleksibel, dan sesuai dengan visi mereka.

Tak hanya itu, Six P juga memanfaatkan internet berkecepatan tinggi di Jepang untuk memaksimalkan produktivitas tim. Proses pengiriman file besar yang sebelumnya jadi kendala kini bisa diatasi dengan mudah melalui platform bernama GigaFile. Situs ini memungkinkan pertukaran data hingga 300GB dengan durasi penyimpanan yang bisa diatur hingga 100 hari.

“Selain gambarnya jelas dan mudah dipahami, kita juga dapat merubah gambar berkali kali sesuai kemauan kita, sampai kita menemukan gambar yang sesuai dengan imajinasi,” lanjut Aji. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna dalam menyempurnakan karya.

“Website GigaFile memiliki batas limit share 300GB. Kemudian batas waktu dapat kita atur maksimal 100 hari untuk kemudian dihapus secara otomatis oleh sistem,” ungkap Aji ketika menjelaskan alasan mereka memilih platform ini. Dengan solusi ini, proses kolaborasi antar anggota tim maupun dengan pihak luar menjadi lebih cepat dan efisien.(*)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar