Heboh! Senator AS Minta Starlink Dibatasi di Asia Tenggara, Ini Sebabnya

I Putu Eka Putra Sedana . August 01, 2025

Elon Musk Starlink Asia Tenggara

Teknologi.id - Senator Amerika Serikat, Maggie Hassan, secara terbuka menuntut Elon Musk dan perusahaannya, SpaceX, untuk bertanggung jawab atas penyalahgunaan layanan internet satelit Starlink oleh jaringan kriminal internasional.

“SpaceX bertanggung jawab untuk memblokir penjahat menggunakan layanannya untuk menargetkan warga AS,” tegas Hassan dalam surat terbukanya.

Pernyataan ini tidak sekadar retorika politik, melainkan bentuk kekhawatiran nyata bahwa teknologi satelit yang seharusnya memperluas konektivitas, kini berpotensi dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan digital lintas negara.

Baca juga: Taara: Internet Laser Google 100x Lebih Cepat dari Starlink, Tanpa Kabel & Satelit!

Starlink dan Dugaan Penyalahgunaan oleh Sindikat Penipuan Asia Tenggara

Starlink dikenal sebagai revolusi dalam layanan internet global, dengan ribuan satelit mengorbit rendah untuk menyediakan akses internet ke wilayah terpencil—termasuk Asia Tenggara. Namun, laporan terbaru mengungkap sisi gelap dari inovasi ini.

Berdasarkan data dari Departemen Keuangan AS, sindikat penipuan dari Myanmar, Thailand, Laos, dan Kamboja disebut telah menggunakan Starlink untuk menipu warga AS hingga miliaran dolar. Ironisnya, layanan ini bahkan belum resmi diluncurkan di sebagian negara tersebut, namun sindikat kriminal sudah mampu mengaksesnya.

Thailand, misalnya, masih menunggu regulasi, sementara Laos dan Kamboja dijadwalkan baru akan menerima layanan Starlink tahun ini. Di Myanmar, belum ada jadwal resmi. Namun, jaringan kriminal tetap bisa memanfaatkannya berkat celah di sistem distribusi dan pengawasan layanan.

Konektivitas Tanpa Batas, Risiko Tanpa Batas

Menurut laporan dari Uzone dan Reuters, para penipu menggunakan Starlink untuk menghindari kontrol terhadap infrastruktur tradisional seperti listrik dan kabel internet. Di wilayah perbatasan konflik seperti Myawaddy, Thailand, konektivitas satelit menjadi senjata utama para pelaku kejahatan digital yang sulit dilacak.

Teknologi ini, yang awalnya dimaksudkan untuk menyambungkan daerah tertinggal, kini justru membuka ruang baru bagi kejahatan yang lebih canggih dan sulit dikendalikan.

Asia Tenggara: Wilayah Strategis Tapi Rentan

Asia Tenggara adalah kawasan yang sedang berkembang secara digital, namun kompleks secara geopolitik. Perbatasan Thailand dan Myanmar, misalnya, telah lama menjadi pusat perdagangan manusia dan aktivitas ilegal lainnya. PBB melaporkan bahwa korban perdagangan manusia sering kali dipaksa bekerja dalam operasi penipuan online—termasuk menggunakan platform satelit seperti Starlink.

Kehadiran Starlink di kawasan ini menjadi pisau bermata dua: di satu sisi memberi akses, di sisi lain memberi celah eksploitasi.

Elon Musk dan Tanggung Jawab Teknologi Global

Sebagai pemimpin SpaceX, Elon Musk menghadapi tekanan global yang semakin besar. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Musk atau SpaceX mengenai permintaan Senator Hassan. Namun, tekanan dari pemerintah AS bisa menjadi titik balik penting bagi pengaturan penggunaan teknologi ini.

Permintaan pembatasan akses Starlink di wilayah rawan tidak hanya menyangkut keamanan nasional AS, tetapi juga menyangkut etika global dalam pengembangan dan distribusi teknologi.

Masa Depan Regulasi Teknologi Satelit

Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana regulasi teknologi satelit seharusnya dibuat agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang salah?

Negara-negara di Asia Tenggara perlu segera memperkuat regulasi digital dan pengawasan layanan internet satelit. Tanpa kerangka hukum yang jelas, kawasan ini akan terus menjadi target empuk bagi jaringan kejahatan siber.

Sementara itu, perusahaan teknologi seperti SpaceX perlu memperbaiki model bisnis, transparansi, dan kerja sama dengan pemerintah lokal untuk mencegah penyalahgunaan.

Baca juga: Sempat Ditutup, Kini Starlink Kembali Terima Pendaftaran Pelanggan Baru

Kesimpulan: Inovasi Tanpa Pengawasan Bisa Jadi Ancaman

Starlink adalah contoh nyata bahwa inovasi tanpa pengawasan bisa berdampak negatif secara global. Ketika konektivitas menjadi terlalu mudah diakses, namun minim pengawasan, maka risiko kejahatan digital pun ikut meningkat.

Elon Musk dan SpaceX kini berada di persimpangan penting: apakah mereka akan menjadi pelopor teknologi yang bertanggung jawab, atau justru membiarkan inovasinya dijadikan alat eksploitasi oleh pihak tak bertanggung jawab?

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ipeps)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar