Teknologi.id – Tesla, perusahaan kendaraan listrik yang lekat dengan inovasi dan visi besar Elon Musk, kini tengah berada di bawah sorotan publik. Namun, kali ini bukan karena peluncuran mobil baru atau capaian teknologi canggih, melainkan gelombang kepergian para eksekutif kunci.
Sepanjang tahun ini saja, setidaknya sepuluh eksekutif senior meninggalkan Tesla—angka yang tergolong tinggi bahkan untuk perusahaan teknologi besar sekalipun. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu markas Tesla? Apakah ini sekadar perputaran normal dalam dunia korporasi, atau tanda adanya masalah yang lebih serius?
Baca juga: Tesla Gandeng Samsung, Teken Kontrak Fantastis Rp 270 Triliun Buat Chip AI Masa Depan
Kepergian Piero Landolfi: Sorotan Terbaru
Salah satu peristiwa paling mencuri perhatian adalah kepergian Piero Landolfi, yang telah berkarier di Tesla hampir sembilan tahun. Dalam unggahan LinkedIn, Landolfi mengumumkan keputusannya meninggalkan perusahaan yang telah membentuk perjalanan profesionalnya sejak 2016.
Ia memuji tim berbakat Tesla, budaya “pemikiran prinsip pertama”, dan semangat menyelesaikan pekerjaan sebagai ciri khas perusahaan. Meski begitu, Landolfi menyebut siap memulai “petualangan baru dan berbeda.” Pilihannya jatuh pada Nimble, perusahaan teknologi robotika AI dan pemenuhan e-commerce otonom yang juga dihuni beberapa mantan veteran Tesla.
Keputusan ini memperkuat tren banyak talenta Tesla yang beralih ke sektor AI dan robotika—dua bidang yang tengah berkembang pesat dan menawarkan peluang masa depan besar.
Daftar Eksekutif Tesla yang Pergi di 2025
Fenomena ini bukan hanya soal satu atau dua nama. Berikut deretan eksekutif Tesla yang hengkang sepanjang 2025:
-
Februari: David Imai
-
April: David Lau, Mark Westfall
-
Mei: Prashant Menon, Vineet Mehta
-
Juni: Omead Afshar, Milan Kovac (Kepala Tim Robot Optimus), Jenna Ferrua (Direktur SDM)
-
Juli: Troy Jones (VP Penjualan, Layanan, dan Pengiriman Amerika Utara)
-
Agustus: Pete Bannon (VP Rekayasa Perangkat Keras Dojo), Piero Landolfi
Kepergian Pete Bannon menjadi sorotan tersendiri karena bertepatan dengan penghentian proyek Dojo, superkomputer khusus Tesla untuk melatih sistem Full Self-Driving (FSD) dan robot humanoid Optimus.
Kegagalan Dojo dan Efek Domino
Dojo sempat diproyeksikan sebagai senjata rahasia Tesla untuk mengurangi ketergantungan pada GPU Nvidia. Namun, Elon Musk menyebut proyek ini buntu. Dalam unggahan di X (Twitter), Musk mengungkap Dojo 2 tidak lagi memiliki masa depan jelas.
Penghentian proyek besar seperti ini memicu efek domino: restrukturisasi internal, hilangnya posisi-posisi penting, dan keputusan talenta senior untuk hengkang.
Budaya Kerja dan Gaya Kepemimpinan Elon Musk
Banyak analis menilai gelombang eksodus ini tak hanya soal kegagalan proyek. Budaya kerja Tesla di bawah Elon Musk kerap digambarkan intens, penuh tekanan, dan bergerak cepat.
Bagi sebagian orang, ritme ini mendorong inovasi. Namun, bagi yang lain, ini menjadi pemicu kelelahan dan alasan untuk mencari lingkungan kerja lebih stabil. Ditambah lagi, sikap politik Musk yang sering kontroversial disebut memengaruhi citra Tesla di mata pegawai dan konsumen.
Persaingan Ketat di Pasar Kendaraan Listrik
Selain permasalahan internal, Tesla juga menghadapi persaingan global yang semakin agresif dari BYD, Rivian, Lucid, Hyundai, GM, hingga Ford. Kredit pajak federal AS sebesar $7.500 yang berlaku hingga September 2025 memang bisa mendongkrak penjualan jangka pendek, tapi tak cukup mengatasi tantangan harga kompetitif dan inovasi dari rival.
Eksodus Talenta: Gejala atau Masalah Serius?
Dalam industri teknologi, kehilangan banyak pemimpin kunci dalam waktu singkat sering menjadi tanda bahaya. Hilangnya pengetahuan institusional dapat memperlambat pengambilan keputusan strategis dan meningkatkan risiko kesalahan arah.
Daya Tarik Tesla yang Memudar
Dulu, Tesla adalah magnet talenta global. Kini, eksodus tahun ini memunculkan dugaan bahwa daya tarik itu mulai memudar. Faktor penyebabnya bisa berupa ketidakpastian visi jangka panjang, perubahan prioritas perusahaan, hingga godaan industri AI dan robotika yang menjanjikan peluang lebih segar.
Baca juga: Sangat Canggih! Mobil Tesla Bisa Jalan Sendiri dari Pabrik ke Rumah Pembeli
Langkah Tesla ke Depan
Ke depan, mempertahankan dan merekrut talenta terbaik akan menjadi tantangan utama Tesla, setara pentingnya dengan meluncurkan produk baru. Tanpa tim kepemimpinan solid, visi besar Elon Musk akan sulit terealisasi.
Tesla kini berada di persimpangan penting. Tantangan yang dihadapi bukan hanya soal teknologi dan pasar, tetapi juga stabilitas internal. Kalau dulu tantangan terbesar adalah meyakinkan konsumen membeli mobil listrik, kini tantangannya adalah meyakinkan talenta terbaik untuk bertahan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fnf)
Tinggalkan Komentar