Gelombang Kaya Mendadak dari AI: Miliarder Baru Lahir dalam Hitungan Minggu

Farrah Nur Fadhilah . August 11, 2025

Teknologi.id – Ledakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) dalam dua tahun terakhir memicu fenomena kaya mendadak dari AI di berbagai belahan dunia. Fenomena ini bukan sekadar kisah sukses segelintir orang, melainkan gelombang besar yang mengubah peta kekayaan global dalam waktu singkat.

Berbeda dengan tren teknologi sebelumnya—seperti dot-com boom di akhir 1990-an atau ledakan media sosial di awal 2010-an—revolusi AI mencetak miliarder baru hanya dalam hitungan bulan, bahkan minggu. Pendiri startup, insinyur, investor, hingga pemilik infrastruktur teknologi kini memanen kekayaan dalam skala belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: GPT-5: AI Canggih yang Bisa Bikin Aplikasi Web dari Nol Cuma dengan Perintah Teks!

Lonjakan Valuasi Startup AI: Kilat Jadi Unicorn

Data CB Insights mencatat hingga Agustus 2025 terdapat 498 perusahaan rintisan AI berstatus unicorn—privat dengan valuasi minimal US$1 miliar. Menariknya, 100 di antaranya baru berdiri sejak 2023, dengan total valuasi gabungan menembus US$2,7 triliun.

Banjir modal dari venture capital, sovereign wealth fund, hingga raksasa teknologi membuat pendiri startup AI berpeluang kaya mendadak dari AI hanya bermodal ide brilian dan eksekusi tepat.

Salah satu contohnya adalah Mira Murati, mantan CTO OpenAI, yang mendirikan Thinking Machines Lab pada Februari 2025. Dalam kurang dari lima bulan, ia mengamankan pendanaan US$2 miliar—terbesar dalam sejarah tahap awal—dan membawa valuasi perusahaannya ke US$12 miliar.

Revolusi Kekayaan yang Belum Pernah Terjadi

Andrew McAfee, peneliti utama di MIT, mengatakan:

“Selama lebih dari 100 tahun data, kami belum pernah melihat penciptaan kekayaan sebesar dan secepat ini.”

Fenomena kaya mendadak dari AI tidak hanya melahirkan miliarder baru, tapi juga mengubah peringkat orang terkaya dunia. Bloomberg mencatat, pada Maret 2025, empat perusahaan AI swasta terbesar telah melahirkan sedikitnya 15 miliarder dengan kekayaan gabungan US$38 miliar—angka yang terus bertambah.

Saham Teknologi Melejit karena AI

Pendiri startup bukan satu-satunya yang kecipratan keuntungan. Saham raksasa teknologi seperti Nvidia, Meta, Microsoft, dan Amazon—yang memiliki eksposur besar terhadap AI—melonjak tajam.

Contoh paling mencolok adalah Nvidia, yang valuasinya melesat ratusan persen dalam setahun berkat dominasi chip AI, menjadikan banyak pemegang saham lama kaya mendadak dari AI.

San Francisco: Pusat Lahirnya Miliarder AI

Mengulang sejarah era dot-com, Bay Area kini menjadi pusat kemakmuran baru. San Francisco memiliki 82 miliarder, melampaui New York dengan 66 miliarder.

Harga rumah di kota ini pecah rekor, dengan penjualan properti di atas US$20 juta terbanyak sepanjang sejarah. Banyak pembelinya adalah wajah baru yang kaya mendadak dari AI. Pasar properti, restoran mewah, dan klub eksekutif pun kembali bergairah.

Fenomena AI di Indonesia: Miliarder Infrastruktur Data

Gelombang ini juga terasa di Indonesia. Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman, pendiri DCI Indonesia (DCII), masuk daftar 10 orang terkaya Tanah Air.

Kekayaan mereka melonjak seiring permintaan pusat data (data center) akibat ledakan AI. Data Forbes menunjukkan, kekayaan Toto naik dari US$2,21 miliar (2024) menjadi US$12,5 miliar (Agustus 2025). Marina juga naik dari US$1,32 miliar menjadi US$9,1 miliar, berkat harga saham DCII yang melonjak 561,35% sejak awal tahun.

Pasar Sekunder dan IPO: Jalan Pintas Menuju Likuiditas

Banyak startup AI memilih tetap privat, namun pasar sekunder memberi peluang pendiri dan karyawan mencairkan saham sebelum IPO.

OpenAI dikabarkan menyiapkan penjualan saham sekunder dengan valuasi US$500 miliar—naik dari US$300 miliar pada Maret lalu. Ini menjadi tiket kaya mendadak dari AI tanpa menunggu perusahaan melantai di bursa.

Data CB Insights mencatat 73 liquidity event sejak 2023, mulai dari akuisisi hingga IPO. Salah satunya, investasi US$14,3 miliar Meta di Scale AI yang langsung membuat pendirinya, Alexandr Wang, masuk klub miliarder.

Peluang dan Risiko Kekayaan Instan

Meski menggiurkan, kaya mendadak dari AI memiliki risiko. Lonjakan valuasi yang terlalu cepat berpotensi menciptakan bubble ekonomi. Sejarah dot-com membuktikan, banyak miliarder dadakan kehilangan kekayaan saat pasar runtuh.

Analis menyarankan diversifikasi aset dan manajemen risiko agar kekayaan tidak sekadar instan, tapi juga berkelanjutan.

Baca juga: Google Gratiskan AI Gemini 2.5 Pro & Veo 3 untuk Mahasiswa Indonesia, Begini Caranya

Fenomena kaya mendadak dari AI baru saja dimulai. Dengan perkembangan teknologi yang masih melaju pesat, peluang mencetak kekayaan baru tetap terbuka—baik bagi pengembang, investor, maupun penyedia infrastruktur. Namun, hanya mereka yang mampu beradaptasi di tengah perubahan yang bisa bertahan di puncak.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fnf)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar