
Teknologi.id – Sistem sensor internet milik China yang dikenal sebagai Great Firewall dilaporkan mengalami kebocoran data terbesar sepanjang sejarah. Kebocoran ini mengejutkan dunia karena bukan hanya melibatkan dokumen internal, tetapi juga kode sumber, catatan pengembangan, hingga komunikasi rahasia yang digunakan untuk mengendalikan lalu lintas internet di China maupun di luar negeri.
Baca juga: China Rilis AI SpikingBrain-1.0, Bekerja Mirip Otak Manusia dan Super Hemat Energi
600 GB Data Bocor ke Publik
Menurut laporan Great Firewall Report (GFW), kebocoran terjadi pada 11 September 2025 dengan total data sekitar 600 GB. Data ini mencakup:
-
Repositori perangkat lunak (repo.tar 500 GB)
-
Catatan pengembangan sistem
-
Dokumen proyek dan kontrak
-
Komunikasi internal perusahaan terkait
Data tersebut mengungkap detail sistem penyaringan internet nasional China, termasuk teknologi Deep Packet Inspection (DPI), deteksi VPN, SSL fingerprinting, hingga modul logging yang merekam aktivitas internet pengguna.
Bukan Hanya untuk Dalam Negeri
Bocoran ini juga membuktikan bahwa teknologi sensor China tidak hanya digunakan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara lain.
Beberapa negara yang disebut dalam dokumen antara lain:
-
Myanmar – Sistem Tiangou dipasang di 26 pusat data dengan kemampuan memantau 81 juta koneksi TCP sekaligus.
-
Pakistan – Perangkat Geedge terhubung ke sistem WMS 2.0 yang mampu menyadap jaringan seluler secara real-time.
-
Ethiopia, Kazakhstan, hingga beberapa negara dalam proyek Belt and Road Initiative juga disebut menggunakan teknologi ini.
Sistem Tiangou digambarkan sebagai “Great Firewall in a Box”, yaitu paket komersial yang bisa dipasang langsung di gerbang internet (IXP) suatu negara untuk melakukan pemblokiran massal maupun penyaringan selektif.
Sumber Kebocoran dari Geedge dan MESA Lab
GFW menduga data bocor berasal dari:
-
Geedge Networks – perusahaan yang dipimpin oleh Fang Binxing, sosok yang dijuluki “Bapak Great Firewall”.
-
MESA Lab, lembaga riset Akademi Sains China, dengan data bocor sekitar 500 GB.
Bocoran ini memperlihatkan arsitektur internal sistem sensor serta kontrak kerja sama dengan mitra riset.
Risiko Keamanan Serius
Menurut GFW, kebocoran ini dapat membuka celah teknis dalam sistem sensor China. Informasi yang beredar bisa dimanfaatkan oleh pengembang circumvention tools (alat penembus sensor) untuk mengeksploitasi kelemahan protokol maupun kesalahan konfigurasi.
Dengan kata lain, kebocoran ini tidak hanya merugikan citra China, tetapi juga berpotensi melemahkan kendali pemerintah atas arus informasi di internet.
Baca juga: China Pamer Internet 10G Pertama di Dunia, Ngebut Sampai Hampir 10 Gbps
Belum Ada Respons dari Pemerintah China
Hingga kini, pemerintah China belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. Belum jelas apakah kebocoran disebabkan oleh serangan eksternal, kebocoran internal, atau kesalahan teknis pada konfigurasi server.
Namun, yang pasti, kasus ini kembali menegaskan betapa kuatnya kontrol digital China terhadap warganya. Hampir semua platform global diblokir di sana, termasuk Google, Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, Twitter (X), Telegram, Netflix, hingga Twitch.
Kini, dengan bocornya dokumen rahasia tersebut, dunia bisa melihat lebih jelas bagaimana sistem Great Firewall bekerja, sekaligus bagaimana teknologi ini digunakan sebagai “alat ekspor sensor” ke berbagai negara.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ak)
Tinggalkan Komentar