Teknologi.id – Di era digital saat ini, gim online menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak dan remaja. Namun, di balik keseruan yang ditawarkan, terdapat risiko serius bagi tumbuh kembang mereka, terutama jika penggunaan tidak dibatasi secara tepat sejak dini.
Hal ini disampaikan oleh Gisella Tani Pratiwi, anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia dan lulusan Universitas Indonesia. Ia menekankan bahwa gim online dan produk digital lainnya dapat mengganggu aspek perkembangan sosial, kognitif, dan emosional anak jika digunakan secara berlebihan.
Waktu Layar Berlebihan Ganggu Perkembangan Anak
Menurut pedoman dari American Academy of Pediatrics (AAP), anak di bawah usia 18 tahun sebaiknya tidak menghabiskan waktu layar (screen time) secara berlebihan. Anak usia 2–5 tahun hanya dianjurkan menatap layar maksimal satu jam per hari untuk konten non-edukatif. Sementara untuk anak usia 5–12 tahun, durasi bermain gim di luar tugas sekolah sebaiknya tidak lebih dari dua jam.
Penelitian dari Universitas Gadjah Mada tahun 2023 mendukung hal ini. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang menjalani rutinitas seimbang antara aktivitas digital dan fisik cenderung memiliki perkembangan kognitif dan sosial yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang menatap layar lebih dari tiga jam sehari.
Remaja Butuh Kesepakatan dan Tanggung Jawab Digital
Memasuki masa remaja, pengaturan waktu bermain saja tidak cukup. Orang tua perlu membangun kesepakatan digital dengan anak, sambil mendorong tumbuhnya rasa tanggung jawab.
Gisella menjelaskan, remaja yang terbiasa dengan pengaturan yang konsisten sejak kecil akan lebih mampu mengelola waktu digitalnya secara mandiri. Diskusi seputar konten yang aman dan edukatif, serta keterampilan pengendalian diri menjadi sangat penting.
Laporan dari UNICEF Indonesia tahun 2024 mencatat bahwa remaja yang rutin berdiskusi dengan orang tua mengenai penggunaan media digital memiliki kontrol diri yang lebih baik, serta lebih kecil kemungkinannya mengalami gangguan emosional akibat paparan konten negatif.
Orang Tua sebagai Teladan Digital
Menetapkan aturan saja tidak cukup. Anak-anak belajar dari perilaku yang dicontohkan orang tuanya. Maka, sangat penting bagi orang tua untuk menunjukkan perilaku digital yang sehat. Misalnya, lebih sering membaca buku, berkebun, atau berolahraga bersama anak.
Studi dari Universitas Airlangga tahun 2022 menemukan bahwa anak-anak yang melihat orang tuanya aktif dalam kegiatan non-digital lebih mudah menerima aturan screen time, serta lebih tertarik melakukan aktivitas alternatif yang memperkaya imajinasi dan interaksi sosial.
Baca juga: Simak Bahaya Kecanduan Game Online bagi Anak-Anak
Alternatif Menarik Selain Gim Online
Ketika gim online menjadi satu-satunya sumber hiburan, anak cenderung kehilangan minat pada bentuk interaksi lain. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menyediakan berbagai kegiatan alternatif yang menarik, seperti:
-
Aktivitas seni (menggambar, membuat kerajinan)
-
Olahraga ringan bersama keluarga
-
Eksplorasi alam (berkebun, berjalan kaki, bermain di luar rumah)
Tujuannya bukan untuk melarang gim, melainkan menyeimbangkan jenis hiburan agar anak memiliki cakrawala yang lebih luas dan tidak bergantung pada satu media saja.
Jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda adiksi gim dan tidak mematuhi kesepakatan, Gisella menyarankan untuk menghentikan akses sementara, namun dengan pendekatan yang empatik dan komunikatif, bukan dengan hukuman yang kaku.
Keseimbangan Digital adalah Kunci
Gim online bukan musuh. Ia adalah bagian dari dunia anak-anak masa kini. Namun seperti gula dalam makanan, konsumsinya harus diatur. Terlalu sedikit bisa membuat anak terasing, terlalu banyak bisa merusak keseimbangan perkembangan.
Solusi utama bukan pada teknologinya, melainkan cara manusia mengelolanya. Orang tua memegang peran sentral untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat. Dengan pengaturan bijak, komunikasi terbuka, dan teladan nyata, anak-anak bisa tumbuh seimbang di dunia digital tanpa kehilangan makna dari masa kecil yang sehat, aktif, dan penuh interaksi.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
Tinggalkan Komentar