
Teknologi.id – Pemerintah Inggris resmi menerapkan kebijakan baru verifikasi usia untuk mengakses konten digital mulai Jumat, 25 Juli 2025. Sekitar 6.000 situs dewasa, media sosial seperti Reddit, Bluesky, X (dulu Twitter), hingga aplikasi kencan seperti Grindr kini mewajibkan pengguna mengunggah swafoto atau dokumen identitas resmi sebagai syarat akses.
Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Online Safety Act, yang bertujuan untuk melindungi anak-anak dari konten dewasa dan berbahaya di dunia maya. Verifikasi usia ini bisa dilakukan lewat berbagai metode, termasuk pencocokan foto KTP, pemeriksaan kartu kredit, atau estimasi wajah melalui teknologi AI.
Baca juga: Manusia Masih Unggul! Programmer Polandia Kalahkan AI di Lomba Coding 10 Jam
Privasi Digital Terancam?
Meski niatnya baik, kebijakan ini menuai kritik keras dari pegiat privasi digital. Electronic Frontier Foundation (EFF) menyebut kewajiban swafoto sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap anonimitas pengguna internet. Mereka mengkhawatirkan potensi kebocoran data pribadi, seperti yang terjadi pada aplikasi kencan Tea, di mana ribuan identitas bocor dan diperjualbelikan secara ilegal.
Wired mencatat, sistem verifikasi usia berbasis biometrik ini bisa menjadi preseden global, menormalisasi pengawasan digital di banyak negara. Namun, pertanyaannya: Apakah perlindungan anak harus mengorbankan privasi semua pengguna?
Anak-anak Butuh Perlindungan, Tapi Bukan Pengawasan Total
Anak-anak kini tak lagi pasif di internet. Mereka belajar, bersosialisasi, dan membentuk identitas di dunia maya. Namun, paparan terhadap konten berbahaya seperti kekerasan, pornografi, atau manipulasi psikologis menjadi ancaman nyata. BBC melaporkan bahwa lonjakan kasus ini mendorong pemerintah Inggris mengambil langkah tegas.
Verifikasi usia dianggap sebagai solusi paling realistis saat ini. Sayangnya, celah masih banyak: mulai dari penggunaan VPN, swafoto karakter AI atau video game, hingga identitas palsu yang berhasil menipu sistem.
Teknologi AI Masih Belum Sempurna
Menurut laporan Engadget, teknologi estimasi usia berbasis swafoto yang digunakan banyak situs masih belum sempurna. Anak-anak yang tampak dewasa bisa lolos, sementara orang dewasa berwajah muda bisa terblokir. Hal ini menimbulkan diskriminasi algoritmik dan membuka potensi penyalahgunaan data wajah.
Ofcom, badan pengawas media Inggris, menyatakan bahwa pelanggaran terhadap kebijakan ini akan dikenakan denda hingga £18 juta atau 10% dari pendapatan global situs tersebut. Bahkan platform yang membantu pengguna menghindari verifikasi—seperti penyedia layanan VPN—akan ditindak secara hukum.
Baca juga: Ingin Tahu Anak Chat dengan Siapa? Ini 3 Cara yang Bisa Dilakukan Orangtua
Menuju Dunia Digital yang Lebih Aman atau Lebih Tertutup?
Langkah Inggris ini menjadi peringatan penting bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Perlindungan anak di internet memang penting, tapi harus diimbangi dengan perlindungan privasi dan transparansi kebijakan. Kebijakan teknokratis seperti ini bisa merusak prinsip dasar internet sebagai ruang bebas dan terbuka.
Pakar menyarankan solusi jangka panjang berbasis literasi digital, edukasi orang tua, dan keamanan sistem lokal. Pendampingan orang tua dan kesadaran akan risiko dunia maya jauh lebih efektif daripada sekadar filter otomatis.
Swafoto mungkin bisa membuktikan usia, tapi hanya pendidikan digital yang bisa membentuk karakter. Maka, regulasi yang bijak adalah yang mampu menjaga keseimbangan antara perlindungan dan kebebasan.
(ipeps)
Tinggalkan Komentar