
Teknologi.id - Kamu mungkin sudah bosan mendengar "AI" di setiap produk teknologi. Tapi ketika Apple meluncurkan Apple Intelligence di WWDC 2025, mereka tak sekadar mengekor—mereka menantang seluruh industri. "Ini bukan AI biasa. Ini adalah intelligence yang memahamimu tanpa mengorbankan privasi," klaim Tim Cook, seperti dilaporkan CNN Indonesia.
Dan klaim itu bukan tanpa alasan. Menurut survei Pew Research 2024, 72% pengguna khawatir data mereka disalahgunakan oleh asisten AI. Apple menjawab keresahan itu dengan pendekatan berbeda: AI yang berjalan di perangkatmu, bukan di awan.
Tapi benarkah ini se-revolusioner itu? Mari kita kupas.
On Device AI Menjadi Fitur yang Menjanjikan Privasi
Analogi yang sangat efektif dalam menjelaskan perbedaan antara AI berbasis cloud dan Apple Intelligence, yang lebih mengutamakan pemrosesan lokal. Pendekatan ini memberikan keuntungan besar dalam privasi, karena data pengguna tidak perlu dikirim ke server eksternal untuk dianalisis. Pengguna dapat memanfaatkan AI untuk tugas seperti menganalisis email, mengedit foto, atau membuat custom emoji langsung di perangkat mereka, tanpa khawatir informasi pribadi tersebar di luar sistem.
Namun, trade-off utama dari pendekatan ini adalah keterbatasan daya komputasi perangkat. AI yang berjalan sepenuhnya di lokal tergantung pada kapasitas chip, sehingga hanya perangkat dengan chip lebih kuat seperti iPhone 15 Pro dan Mac dengan M1/M2 yang dapat menjalankan fitur ini secara optimal. Meskipun mengurangi ketergantungan terhadap cloud hingga 40%, seperti yang diperkirakan oleh Forrester Research, teknologi ini tetap menghadapi tantangan dalam kecepatan pemrosesan dan skalabilitas untuk tugas yang lebih kompleks.
Baca juga: Ini Daftar Fitur Baru iOS 26, Apple Suguhkan Banyak Kejutan Menarik!
Fitur yang Menarik dan Berguna dalam Menunjang Kehidupan Sehari-hari
Apple memang tahu cara menyajikan teknologi yang terasa lebih intuitif dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Siri 2.0 akhirnya mendapatkan peningkatan yang membuatnya terasa lebih seperti asisten sesungguhnya, bukan sekadar mesin pencari suara—memungkinkan pengguna untuk memberikan perintah kompleks tanpa harus menyusun instruksi secara kaku. Writing Tools juga menjadi fitur yang menarik, karena AI yang mampu mempertahankan nada khas penulis bisa sangat berguna bagi siapa saja yang sering menyusun konten, dari jurnalis hingga profesional bisnis.
Genmoji mungkin memang sekadar gimmick yang akan meredup setelah fase awal eksplorasi, tetapi Math Notes di iPad justru memiliki potensi besar, terutama bagi pelajar dan akademisi. Kemampuan untuk menyelesaikan persamaan secara otomatis sambil memberikan penjelasan langkah demi langkah tidak hanya mempercepat proses pembelajaran, tetapi juga bisa mengubah cara orang memahami konsep matematika secara visual dan interaktif. Kalau fitur ini berkembang lebih jauh, mungkin guru matematika perlu mencari pendekatan baru agar murid tidak bergantung sepenuhnya pada AI.
Persaingan dalam Mengembangkan Teknologi AI
Apple memang mengambil pendekatan yang berbeda dalam pengembangan AI dibandingkan para pesaingnya. Alih-alih mengejar kecerdasan murni seperti Gemini Ultra atau ChatGPT, mereka lebih fokus pada integrasi yang seamless dengan ekosistem perangkat mereka. Pendekatan ini memungkinkan AI berfungsi sebagai asisten pribadi yang memahami pengguna secara kontekstual, tanpa harus bergantung pada perintah eksplisit untuk menyesuaikan pengalaman.
Strategi ini terbukti berhasil, sebagaimana laporan Counterpoint yang menunjukkan bahwa 65% pengguna Apple lebih peduli pada keterhubungan antar-device dibandingkan kecerdasan buatan paling canggih. Apple Intelligence memanfaatkan data dari ekosistem pengguna—jadwal, preferensi, bahkan lokasi—untuk menyajikan pengalaman yang terasa lebih intuitif dibandingkan sekadar jawaban yang sangat akurat.
Meskipun AI mereka tidak unggul dalam tugas seperti menulis kode atau percakapan alami, mereka tetap memenangkan hati pengguna melalui fungsionalitas yang lebih terintegrasi dan personal dalam kehidupan sehari-hari. Jika tren ini terus berlanjut, Apple mungkin tidak akan bersaing dalam AI murni, tetapi akan menjadi standar AI yang benar-benar terasa seperti bagian dari hidup penggunanya.
Tantangan yang Harus Dihadapi Apple Intellegence
1. Ekosistem Tertutup
Apple Intelligence hanya bisa digunakan oleh pengguna yang memiliki perangkat Apple seperti Mac dan iPhone serta akun Apple ID. Hal ini menciptakan keterbatasan bagi pengguna yang ingin mencoba AI Apple tetapi tidak berada dalam ekosistemnya. Sebagai perbandingan, Microsoft Copilot tersedia untuk berbagai perangkat, termasuk Android, memberikan fleksibilitas lebih luas.
Baca juga: iPhone XR, XS, XS Max Tak Kebagian iOS 26, Ini Daftar iPhone yang Dapat
2. Ketergantungan Hardware
Jika AI Apple hanya dapat berjalan pada chip terbaru, maka pengguna harus selalu membeli perangkat terbaru untuk menikmati teknologi tersebut. Ini berpotensi menjadi strategi planned obsolescence, di mana perangkat lama sengaja dibuat kurang optimal agar pengguna terdorong untuk upgrade. Pendekatan ini bisa membatasi aksesibilitas dan meningkatkan biaya bagi pengguna.
3. Kreativitas Terbatas
Apple tampaknya mengambil pendekatan yang lebih konservatif dalam AI-nya, menjaga fitur tetap aman dan terkendali. Misalnya, tidak ada opsi image generation ekstrem seperti yang ditawarkan oleh DALL-E, karena khawatir teknologi tersebut bisa disalahgunakan. Seperti yang dikatakan oleh analis TechPinions, "Apple membangun pagar tinggi di taman bermain AI-nya—nyaman untuk yang di dalam, tapi mengasingkan yang lain." Pendekatan ini melindungi pengguna dari risiko, tetapi bisa membatasi eksplorasi kreatif dan inovasi yang lebih bebas.
Tertarik bahasan AI terkini? Pantengin terus perkembangan terbaru di teknologi.id — sumber informasi tech paling gercep di Indonesia!
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
Tinggalkan Komentar