Sumber: Forbes
Teknologi.id - Bayangkan memiliki kekayaan ratusan miliar dolar, lalu memutuskan untuk… menyumbangkannya hampir seluruhnya. Itulah keputusan luar biasa dari Bill Gates, sang pendiri Microsoft yang baru-baru ini menulis refleksi mendalam di situs pribadinya, Gates Notes. Dalam tulisan bertajuk “The Last Chapter of My Career”, Gates menceritakan perjalanannya dari dunia teknologi menuju dunia filantropi, sekaligus menandai bab terakhir kariernya dengan langkah yang benar-benar tidak biasa: memberikan hampir seluruh hartanya untuk kebaikan dunia.
Baca juga: Elon Musk vs Bill Gates: Duel Dua Miliarder yang Bikin Dunia Tercengang
Gates dan Pilihan Hidup Sederhana
Bill Gates lahir pada 28 Oktober 1955, dan dikenal sebagai salah satu tokoh teknologi paling berpengaruh sepanjang masa. Namun, siapa sangka, di masa tuanya, ia justru memilih hidup sederhana dan menjauhi gemerlap kemewahan yang biasanya melekat pada miliarder.
Menurut Gates, keputusan ini bukan hanya soal gaya hidup, tapi pilihan sadar untuk hidup dengan tujuan. Ia menyebut masa tuanya sebagai momen terbaik dalam hidupnya. "Saya tidak sabar untuk merayakannya," tulisnya dalam curhat tersebut. Dan “perayaan” yang ia maksud bukanlah pesta besar, tapi dedikasi sepenuh hati dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Gates Foundation dan Inspirasi dari Orang-Orang Hebat
Salah satu keputusan terbesar Gates adalah menyerahkan sebagian besar kekayaannya kepada Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan filantropi raksasa yang ia dirikan bersama mantan istrinya, Melinda French. Ia mengungkapkan rasa hormat dan kekaguman terhadap rekan-rekan di yayasan itu, orang-orang yang meninggalkan karier cemerlang di sektor swasta demi misi sosial.
“Mereka memiliki apa yang Andrew Carnegie sebut sebagai ‘kemurahan hati yang berharga’, dan dunia menjadi lebih baik karenanya,” tulis Gates.
Orang-orang di sekitarnya menjadi sumber inspirasi, termasuk ayahnya, yang merupakan pemimpin pertama yayasan dan tokoh yang sangat memengaruhi nilai-nilai hidupnya. Ibunya pun berperan besar dalam membentuk pandangannya tentang pentingnya memberi kembali kepada masyarakat. Sejak kecil, Gates sudah dididik bahwa kekayaan adalah titipan, dan tugasnya hanyalah menjadi pengurus yang bertanggung jawab.
Tokoh-Tokoh yang Membentuk Filsafat Filantropinya
Dalam tulisannya, Gates juga menyebut beberapa tokoh yang membentuk cara pandangnya terhadap filantropi. Sahabat lamanya, Warren Buffett, adalah orang pertama yang memperkenalkannya pada ide “menyumbangkan segalanya”. Buffett bahkan menjadi donatur terbesar kedua yayasan tersebut.
Selain itu, Chuck Feeney, seorang pengusaha yang menyumbangkan seluruh kekayaannya semasa hidup, menjadi “pahlawan besar” bagi Gates. Filosofi “giving while living” yang diusung Feeney benar-benar membentuk jalan pikiran Gates, bahwa dampak dari kekayaan jauh lebih terasa ketika diberikan saat masih hidup, bukan setelah meninggal.
Warisan Sejati: Bukan Uang, Tapi Dampak
Ayah dari tiga anak ini juga menegaskan bahwa ia hanya akan mewariskan 1% dari kekayaannya kepada anak-anaknya. Bukan karena ia tak peduli pada mereka, melainkan karena ia ingin anak-anaknya membangun hidupnya sendiri dan memahami nilai dari kerja keras, bukan hanya mewarisi uang.
Bagi Gates, warisan sejati adalah dampak positif yang bisa dirasakan oleh orang lain. “Saya merasa puas setiap hari ketika saya bekerja di yayasan. Itu memaksa saya untuk mempelajari hal-hal baru, dan saya dapat bekerja dengan orang-orang luar biasa di lapangan yang benar-benar memahami cara memaksimalkan dampak dari alat-alat baru,” ungkapnya.
Baca juga: Indonesia Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin TBC Buatan Bill Gates
Merayakan Usia 50 Tahun Microsoft dengan Memberi
Gates menyebut bahwa tulisan ini kemungkinan besar adalah penanda dari bab terakhir dalam kariernya. Menyambut usia 50 tahun Microsoft, perusahaan yang ia bangun sejak masih remaja bersama Paul Allen, Gates justru tidak merayakannya dengan pesta atau produk baru, melainkan dengan komitmen menyumbangkan seluruh sumber daya yang ia dapat dari perusahaan tersebut.
“Banyak hal yang dapat terjadi selama dua puluh tahun. Saya ingin memastikan dunia terus maju selama masa itu. Waktu terus berjalan sekarang dan saya tidak sabar untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya,” tulisnya mengakhiri.
Dalam dunia yang penuh dengan ambisi kekayaan, Bill Gates menunjukkan bahwa ukuran keberhasilan bukan hanya seberapa banyak yang kita kumpulkan, tapi seberapa banyak yang kita berikan kembali. Sebuah bab terakhir yang begitu inspiratif, tetapi bukan akhir yang sunyi, tapi klimaks dari sebuah kehidupan yang dijalani dengan makna.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar