Brasil Uji Coba Program Unik, Warga Bisa Dapat Uang dari Jejak Digital

Mohammad Owen . June 11, 2025

jejak digital

Sumber: Unsplash

Teknologi.id - Bayangkan jika semua aktivitas online kamu, mulai dari membuka aplikasi, menonton video, hingga mengisi formulir online, bisa menghasilkan uang. Hal ini bukan lagi sekadar angan-angan. Pemerintah Brasil kini tengah menguji coba sebuah program revolusioner yang memungkinkan warganya mendapatkan penghasilan dari jejak digital mereka sendiri.

Baca juga: Akhirnya, Brasil Resmi Buka Blokir X


Inisiatif ini menandai pertama kalinya sebuah negara secara resmi mencoba menjadikan data pribadi warga sebagai sumber pemasukan langsung bagi pemiliknya. Dengan kata lain, alih-alih data kamu digunakan diam-diam oleh perusahaan besar tanpa imbalan, kamu justru bisa cuan dari aktivitas digitalmu sendiri.

Dompet Digital untuk Data Pribadi


Dalam proyek ini, Brasil bekerja sama dengan perusahaan teknologi bernama DrumWave dan BUMN teknologi sosial mereka, Dataprev, untuk menciptakan sebuah ekosistem data berbasis hak milik. Kuncinya adalah alat bernama dWallet, singkatan dari data wallet atau dompet data, yang memungkinkan warga menyimpan dan mengelola data yang mereka hasilkan setiap hari.


Setiap kali warga menggunakan layanan digital, misalnya saat mengajukan pinjaman lewat sistem consignado (pemotongan otomatis dari gaji atau pensiun), data dari proses itu akan disimpan di dWallet. Nantinya, perusahaan atau institusi yang membutuhkan data bisa mengajukan penawaran kepada pemilik data. Jika pemilik data menyetujui, mereka akan menerima bayaran langsung ke dWallet mereka yang kemudian bisa ditransfer ke rekening bank.


Sistem ini sekilas terdengar seperti mekanisme cookies di internet, tetapi dengan kontrol penuh di tangan pengguna. Tidak seperti cookies yang seringkali bekerja secara diam-diam di balik layar, dWallet membuat pengguna punya pilihan: terima atau tolak tawaran dari pihak ketiga.

Peluang Baru atau Bumerang?


Menurut Rodrigo Assumpção, Presiden Dataprev, proyek ini bisa menjadi tonggak sejarah dalam dunia ekonomi digital. Ia menyebutkan bahwa sistem baru ini bisa “mendefinisikan ulang ekonomi digital dengan pendekatan yang lebih adil dan inklusif.” Tak hanya itu, Rodrigo juga percaya bahwa pendekatan ini membuka jalan untuk membangun model kepemilikan data yang lebih beretika dan mendukung inklusi keuangan.


Namun, seperti inovasi besar lainnya, proyek ini juga menimbulkan kekhawatiran. Pedro Bastos, peneliti dari Data Privacy Brazil, menyoroti bahwa warga dengan pengetahuan teknologi rendah bisa saja tidak memahami sepenuhnya konsekuensi menjual data pribadi mereka. Menurutnya, masyarakat yang rentan kemungkinan besar akan setuju menjual data demi uang, tanpa mempertimbangkan dampaknya dalam jangka panjang.


“Ada potensi penyalahgunaan jika masyarakat tidak paham apa yang mereka setujui,” ujar Bastos. Ia juga mengingatkan bahwa praktik seperti ini bisa saja bertentangan dengan prinsip dasar perlindungan data pribadi yang selama ini diperjuangkan banyak aktivis.

Risiko Kesenjangan Digital


Kritik lainnya datang dari pengamat teknologi yang menilai program ini berpotensi memperlebar kesenjangan digital, terutama di wilayah pedesaan Brasil yang memiliki infrastruktur digital terbatas. Jika data jadi komoditas, maka mereka yang punya akses internet lebih baik dan rutin menggunakan layanan digital akan punya peluang lebih besar mendapatkan uang, sementara masyarakat desa bisa tertinggal.


Ada pula kekhawatiran bahwa harga data pribadi akan naik terlalu tinggi dan tidak terjangkau oleh perusahaan kecil atau lembaga pemerintah yang membutuhkan data untuk keperluan sosial. Ini bisa membuat pasar data menjadi eksklusif dan hanya dikuasai oleh perusahaan besar.

Baca juga: Seolah Tak Cukup dengan X, Mahkamah Agung Brasil Larang Starlink Lakukan Transaksi

Masa Depan Monetisasi Data?


Meski masih dalam tahap uji coba dan belum diketahui secara pasti kapan akan diterapkan secara nasional, program ini telah menarik perhatian dunia. Jika berhasil, Brasil bisa menjadi pelopor dalam menciptakan ekonomi digital berbasis kepemilikan data pribadi, di mana individu akhirnya memiliki kontrol nyata atas informasi yang selama ini hanya jadi bahan jual beli di balik layar.


Di era digital yang makin kompleks, langkah ini bisa membuka diskusi baru: Apakah data pribadi memang layak diberi harga? Apakah setiap pengguna internet harus bisa mendapatkan manfaat dari data mereka sendiri?


Satu hal yang pasti: program ini membuka peluang bagi warga untuk menjadi lebih sadar dan berdaya atas hak digital mereka. Brasil mungkin jadi negara pertama yang menjajalnya, tapi jika sukses, bukan tak mungkin negara lain akan mengikuti jejaknya.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar